Gejala dan Penyebab Depresi Atipikal

Depresi atipikal cenderung responsif saat menerima sesuatu yang positif atau menyenangkan

Depresi atipikal mirip seperti gangguan depresi mayor atau MDD.

Tapi, perbedaan antara keduanya perubahan suasana hati.

Mengutip Medical News Today, depresi atipikal tidak mengembangkan gejala yang konsisten tentang kesedihan atau melankolis.

Ini berbeda seperti depresi lainnya.

Depresi atipikal cenderung responsif terhadap perawatan antidepresan atau monoamine oxidase inhibitors (MAOI).

MDD cenderung mengembangkan rasa melankolis dalam setiap situasi.

Sedangkan orang yang mengalami depresi atipikal cenderung responsif saat menerima sesuatu yang positif atau menyenangkan Mengutip Healthline, gejala depresi atipikal bervariasi.

Namun biasanya meliputi perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus.

Adapun kecenderungan kecemasan, mudah marah, jarang atau sering tidur, kehilangan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan.

Gejala lainnya juga sulit mengingat sesuatu, kelelahan.

Di luar gejala umum itu, suasana hati meningkat berlebihan saat merespons peristiwa positif bisa juga menandakan gejala depresi atipikal.

Gejala lainnya, yaitu nafsu makan meningkat, merasa berat di bagian lengan atau kaki, sakit kepala dan badan.

Muncul pula respons negatif yang ekstrem terhadap penolakan yang dirasakan.

Mengutip Mayo Clinic, tak ada diagnosis pasti penyebab depresi atipikal.

Seperti jenis gangguan suasana hati lainnya, gejala depresi atipikal juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1.

Neurotransmiter Orang yang mengalami depresi atipikal berkemungkinan mengalami masalah saraf pembawa pesan dari otak ke bagian tubuh lain atau neurotransmitter.

Ketika proses kimiawi di otak ini terganggu, fungsi reseptor dan sistem saraf bisa berubah menyebabkan depresi.

2.

Pengalaman Mengutip Cleveland Clinic, beberapa faktor eksternal lain, seperti pengalaman buruk semasa kecil, pernah mengalami pelecehan emosional, fisik atau seksual rentan menyebabkan depresi.

Riwayat penyakit parah, kesedihan setelah kehilangan orang yang dicintai, trauma, penyalahgunaan zat atau obat-obatan juga bisa berisiko mengalami depresi atipikal.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *